Sunday 20 September 2015

19

SALAM SAPA BLOGGER PERSONAL

Perkenalkan, nama saya Heru Frisdiantoro. Kali ini saya mau menulis tentang alasan mengapa memilih genre Personal sebagai seorang Blogger.

Ada banyak alasan mengapa saya memilih genre personal, sebenarnya saya ingin membuat blog yang berisi tutorial bermain gitar di atas bara api dengan bertelanjang dada, atau tutorial berenang dengan gaya bebas di dalam ember cucian, tapi niat itu saya urungkan karena setelah saya mau copas lewat mbah google ternyata tidak ada artikel yang seperti itu. Dengan berat hati, saya memilih genre blog personal sebagai jalan ninja saya.

Tapi dengan seiring waktu, saya tersadar, tersadar akan manfaat memiliki blog personal. Alhamdulillah.
Dengan memiliki blog personal, saya jadi gak perlu lagi nulis di tembok WC buat curhat, gak perlu lagi mencorat-coret seragam sekolah tetangga buat nulis cerpen, udah gak perlu lagi deh pokoknya. Jadi, saya bisa nulis semua ide dan unek-unek lewat blog personal.



"Lalu kenapa pengen gabung Blogger Energy?"


Sebenarnya sih, saya lebih pengen gabung jadi member AKB48, tapi saya gak bisa bahasa Jepang. Sekarang jadi pengen banget gabung Blogger Energy, dan sepertinya memang asik banget. Dengan bergabung di Blogger Energy, saya bisa berpeluang mendapatkan banyak temen antar blogger untuk saling berbagi cerita dan pengalaman. Jadi nanti saya bisa sharing seberapa kuat getaran yang dihasilkan pantat kita saat kentuk, Wuuuuuuuuuuuh!

Sekian dulu deh, salam mbah dukun! (ALAM WOI! ALAM!!!)





Photobucket

Saturday 22 August 2015

22

Oh, Karyo

Seperti biasa, aku selalu merapikan meja tempat kamu menghabiskan setengah dari harimu. Aku tahu jika bukan hanya mejamu yang aku rapikan setiap pagi buta, ada puluhan bahkan ratusan. Aku tidak peduli, anggap saja aku berbaik hati untuk merapikan meja-meja lain, yang terpenting mejamu sudah paling siap.

Aku mengamati dari kejauhan. Hampir semua karyawan telah memulai kegiatan kerja, tapi aku tidak melihat tempatmu terisi oleh ragamu yang duduk manis seperti biasanya. Aku mencari walau terbatas oleh pandangan mata.

“Karyo... , kopi tapi gulanya dikit aja, ya.”

“Iya, Pak. Tunggu sebentar, ya.”

Pak Boni hari ini bertindak sedikit agak lancang. Seharusnya kamu yang lebih berhak aku layani terlebih dahulu, bukan dia. Pak Boni memesan kopi persis seperti yang kamu pesan setiap pagi, kopi dengan sedikit gula, tidak terlalu pahit dan tidak terlalu manis. Pas.

“Ini kopinya, Pak. Ngomong-ngomong Mbak Dilla kemana, kok, gak kelihatan, Pak?”

“Katanya hari ini dia ijin gak masuk, saudaranya ada yang nikah.” Jawab Pak Boni sambil menyambut secangkir kopi.

Aku kurang beruntung hari ini, Mungkin esok hari. 

***

Hari ini sepertinya aku benar-benar beruntung. Aku melihat ragamu kembali duduk manis di tempatmu yang kemarin kosong, lengkap dengan wajah yang ayu. Kamu tidak pernah bosan untuk terlihat cantik.

“Pagi Mbak Dilla, ini kopinya.”

“Eh Karyo... , makasih, ya.” Aku disambut senyum.

“Gulanya sedikit, tidak terlalu pahit, tidak terlalu manis.”

“Pas. Hehehe.”

Aku merasa orang paling berhak menerima senyum darimu, aku harap kamu juga. Disaat kamu terlalu sibuk memandangi layar komputer, tanpa kamu sadari aku mengelilingimu dengan pandanganku, lengkap dengan kemampuan mengintai layaknya seorang mata-mata dari agen intelejen rahasia. Kamu tidak perlu takut atau khawatir, sedikitpun aku tidak ingin kamu merasakannya, tetaplah duduk dengan manis.

Waktuku mungkin tidak terlalu banyak, aku mungkin akan berdosa jika telah lancang memendam rasa ini tanpa sepengetahuanmu. Apapun, sepertinya kamu harus tahu. Aku siap menerima segala resiko. Bukankah memendam suatu kejujuran sama halnya dengan membiarkan kebohongan bekerja, bekerja dan berkembang biak menjadikan akar-akar kebohongan lain? Entahlah, aku merasa seperti itu.

Pagi ini yang seharusnya cerah ternyata berlatar mendung. Sepertinya mendung ingin menemaniku mengantarkan sebuah kejujuran, kejujuran yang akan membawa pagi ini meniup mendung berubah cerah.

“Mbak Dilla, ini kopinya.”

“Iya, Yo, makasih, ya... .” Aku disambut senyum, selalu.

“Iya mbak.” Aku melihatmu meminum kopi sedikit demi sedikit, tanpa ragu.

“Manis banget ini… , kok, beda dari biasanya, Yo?”

Aku sengaja meramu kopi hari ini sedikit berbeda dari biasanya, aku memberi gula pada kopi ini lebih banyak dari hari-hari biasanya, itu karena agar bisa sedikit meredakan kenyataan pahit yang ingin aku katakan. Aku juga sudah siap dengan semua resiko yang akan terjadi. Perasaanku gugup tak karuan.

“Mbak Dilla, sepertinya saya sudah gak lama lagi disini.”

“Kenapa emang, Yo?”

“Enggak, itu mungkin kopi terakhir yang aku buat untuk Mbak Dilla, kalau misalnya mau bikin kopi seperti biasanya, di dalam kertas ini sudah saya tulis takaran-takaran yang pas.”

“Sampai segitunya, Yo.”

“Mbak, saya mau juj… ,”

“Eh, bentar… , ini undangan pernikahan aku, kamu harus dateng loh.”

“Iya, aku usahakan.”

Aku seperti api yang telah habis menuju arang setelah mendengar perkataanmu, aku harus urungkan niat jujurku. Biar aku tetap menanggung dosa dengan membiarkan kebohongan tetap bekerja. Aku tidak ingin meredupkan cerahmu dengan memberi gelapku, aku ingin kamu tetap bersinar. Akan lebih berdosa lagi jika aku merusak cerita yang telah kau tata rapi dan memaksamu untuk menulis ulang.

***

“Pak Boni, beberapa hari ini kok Karyo gak kelihatan, kemana, ya?”

“Kamu gak tau emang, Dil?”

“Kenapa?”

“Sudah keluar, kok. Dia sepertinya kacau.”

“Kacau?”

“Iya.”

“Maksudnya?”

“Kabarnya jadi buronan, dia pergi ke Suriah, dia ikut ISIS, nggak waras bocah itu.”
“… .”

Sunday 26 July 2015

2

Tambah Asyik Dengan LangitMusik

Dulu waktu SMP, temen saya seneng banget dengerin musik di hp, saat itu, sih, hp belum secanggih jaman sekarang, jauh.


Ingat sekali pada saat jam pelajaran kosong, saya dan mayoritas teman satu kelas tetap setia duduk di bangku, duduknya acak-acakan, kecuali teman saya, Baskom. Kamu tahu Baskom lagi ngapain? Baskom lagi asyik menempelkan hp pada telinga kanan dengan bantuan kedua tangannya, dia joget dan nyanyi sambil mengelilingi isi kelas, padahal hp –nya cuma poliponik. Tahu sendiri, kan, kalau hp poliponik itu suaranya cuma nat nit nut nat nit nut, tapi Baskom tetap bahagia dengan itu semua.
Sekarang jaman sudah berubah, hp juga semakin canggih, kalau dulu cuma bisa ngeluarin suara nat nit nut, sekarang kamu bisa nonton video, internetan, bikin foto/video narsis, chat sama siapapun, dengerin musik, semuanya pada satu alat yang bernama smartphone. Kamu sama Baskom pasti sekarang juga sudah pada punya smartphone.

Bagi saya musik sudah bisa disebut sebagai sahabat, sahabat disaat sedih, sahabat disaat marah, sahabat disaat seneng, sahabat disaat galau, sahabat disaat ngerjain tugas. Sohib banget, deh, pokoknya. Dan kamu akan menjadi keren seutuhnya ketika musik yang kamu dengar itu bukan musik hasil bajakan. Beneran.

"Yaelah, download gratis di internet, kan, buanyaaak, lagian kalau beli asli, kan, mahal. Hellooow…"

"Duuh… kamu sekarang bisa dengerin lagu favoritmu secara murah dan bahkan gratis dengan cara legal dan halal, kemana aja kamu?"

"Caranya?"

"Pake LangitMusik, dong." Tersenyum bangga.

"LangitMusik?" Terkejut mangap selama satu jam.

Yuuup. LangitMusik adalah sebuah layanan terbaru dari Telkomsel bareng PT. Melon Indonesia yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan telinga kita. LangitMusik menawarkan cara baru download dan streaming lagu secara legal dan tanpa batas. Koleksi lagunya juga nggak tanggung-tanggung, men, ada 2.000.000 lebih koleksi lagu lokal dan internasional, bener-bener memenuhi kebutuhan telinga dengan cara yang asyik bin cihuy, deh.

"Seru banget, nih. Terus cara ngaktifinnya gimana?"

Gampang, kamu tinggal download dan install aplikasi LangitMusik pada smartphone Android, Blackberry, atau iOs milik kamu, terus daftar dan aktifin deh paketnya menggunakan kartu Telkomsel. Nih, kan, pilihan paketnya keren bin murah banget. Sebelumnya saya coba paket FREE TRIAL, tapi karena bener ketagihan, lanjut menggunakan paket PREMIUM 30 HARI.

Sumber : Screenshot dari hape saya


Setelah kamu yakin memilih paket ini tak sesulit memilih jodoh, kamu akan dapat balasan seperti ini, klik saja 'OK', semudah itu.



Setelah kamu berhasil, maka kamu akan dilemparkan ke tampilan menu 'Discover' seperti ini.



Pada menu 'Discover', LangitMusik sangat rapi menata setiap playlist sesuai kebutuhanmu. Saat kamu menggeser hingga ke ujung bawah, kamu akan menemukan banyak pilihan playlist. Dan yang paling saya sukai adalah pilihan 'mood', karena kamu bisa pilih sesuai mood yang kamu rasain. Kalau kamu sedang sedih karena ditinggal gebetanmu yang pergi gara-gara dia mau ngurus lahiran anaknya yang kedua, mungkin kamu cocok dengerin lagu-lagu galau, deh.



Kabar keren lagi, kamu bisa ikut nyanyi bareng di lagu favoritmu tanpa khawatir salah lirik, nggak bakal malu-maluin, deh. Ini liriknya pas banget.


Kalau mau download lagu, caranya juga gampang.


Kamu juga bisa karaokean, loh, di LangitMusik ini, caranya juga nggak ribet, kamu tinggal buka saja pada menu sebelah kiri dan pilih 'Karaoke' maka kamu otomatis akan diyakinkan untuk mendownload aplikasi LangitMusik Karaoke. Kamu bisa meningkatkan skill menyanyimu sambil goyang dribbel, gaul abiz.



Kalau kamu mau ganti warna tema juga bisa, tinggal pilih menu 'Setting' dan rubah sesuai seleramu.

Ada banyak keseruan yang akan kamu temukan di LangitMusik, daripada kamu penasaran mending langsung saja install aplikasinya di smartphone –mu, karena kamu akan menikmati lagu yang legal dan halal dari penyanyi idolamu.

Hargai karya sang idola, jadikan hidupmu tambah asyik dengan LangitMusik.










Tuesday 21 July 2015

20

Beberapa Kemungkinan Yang Terjadi Saat Dan Setelah Hari Lebaran

Sumber Gambar :
http://www.bintang.com/lifestyle/read/2271950/19-meme-lebaran-bikin-kamu-ketawa-bahagia-di-hari-raya-idul-fitri#

Puasa kemarin adalah puasa pertama yang saya jalankan hampir sepenuhnya di kampung halaman setelah tiga tahun kuliah. Tahun-tahun sebelumnya, puasa selalu saya habiskan di Jogja hingga paling tidak H-7 lebaran, karena pada saat itulah saya baru terbebas dari belenggu, belenggu itu bernama semester pendek.
Kalau biasanya buka puasa harus ngantri, sering kelewat sahur, tarawih jauh dari kata rajin, puasa kali ini kebalikannya… Bukan, bukan waktu puasanya yang dibalik.

Kemarin sempet ikut buka bersama temen-temen jaman SMA dulu, tidak banyak yang datang, tapi lumayan. Ada yang berubah dari mereka, yang cowok tambah ganteng-ganteng, yang cewek tambah cantik-cantik, dan saya tambah gendut.
Kemarin juga, untuk pertama kalinya, saya memberanikan diri mencoba open mic (bukan bongkar mic untuk diservis, bukan) yaitu ngelucu sendiri di depan umum, dan berita bagusnya saya tidak ditertawakan.

Baiklah. Puncak dari berakhirnya puasa adalah hari Raya Lebaran, hari itu datang ditandai dengan saling berkumandangnya takbir, tapi jujur saya masih bingung dengan konsep takbir keliling di Ngawi, entah kalau ditempat lain. Kenapa bingung? Gini, takbir keliling di sini itu adalah kegiatan takbiran dengan mengendarai  truk/mobil pick-up sambil mengelilingi kota, biasanya setiap truk/mobil pick-up yang keliling selalu diikuti rombongan pawai motor di belakangnya, rombongan pawai yang sibuk mengadu suara knalpot. Kalau ada ajang pencarian bakat suara knalpot paling cihuy, mungkin malam itu lebih pas, terus juri acara itu adalah Ahmad Daki, juri yang telah berkompeten dalam urusan tarik suara knalpot. Ahmad Daki langsung memberi komentar disetiap knalpot yang tampil.

“Oke, Junaedi, suara knalpot kamu berkarakter, knalpot kamu itu lebih keren dari knalpot yang sering dibawakan Once, aku sih… yes”

Mendengar komentar positif dari juri, Junaedi langsung sujud syukur dan mencium mesra knalpotnya.

Jika juri acara pencarian bakat suara knalpot tadi adalah Saipul Jambul, akan lain lagi ceritanya, karena setiap satu penampilan knalpot memiliki jatah satu jam untuk dikomentari, malam itu ada ratusan motor yang ikut pawai, jika semua dikomentari, acara tersebut baru akan selesai ketika Dajjal kembali dibangkitkan.

Hanya beberapa orang di atas truk/mobil pick-up –lah yang aktif takbiran, malahan ada yang cuma nyalain takbiran.mp3 yang diputer lewat sound system gede. Saya khawatir dalam beberapa tahun kedepan setiap ada takbir keliling pesertanya akan mengundang seorang DJ terkenal biar tambah asoy, dan Masjid akan semakin kalah pamor dengan adanya DJ syariah. Semoga kekhawatiran ini enggak akan terjadi.

Hari Lebaran sudah lewat, tapi baunya masih bisa tercium. Lebaran itu bukan hanya sebatas salam-salaman antar tangan dan saling memaafkan, ada beberapa kemungkinan di dalamnya yang kadang membuat kita nyengir dan manyun. Berikut ini beberapa kemungkinan yang terjadi saat dan setelah hari Lebaran. Kita mulai.

Pesan Broadcast
Niatnya sih baik, tapi caranya yang kurang baik. Ngucapin/minta maaf lewat pesan broadcast itu terkesan angkuh, terkesan gak ada usaha, kadang malah bikin si penerima pesan jengkel.

“Ketika mulut tak mampu berucap, ketika jari tangan tak bisa buat ngupil… bla… bla… bla…, Saya Mario Balotelli sekeluarga mengucapkan…” | “Kok Balotelli? Ini  bukanya… Handoko ya?” |”………………. ”

Sudah broadcast, copas, lupa diedit pula.

Ngasih/Dapet THR
Buat temen-temen yang sudah berpenghasilan sih selamat menghitung berapa jumlah ponakan kecil yang tersedia, tapi buat pengangguran yang wajahnya sudah pantes memiliki cucu seperti saya, keadaan ini sangat membuat saya merasakan dilema berat, di satu sisi dengan ciri-ciri mengharukan seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya pasti merasa malu, di sisi lain, di lubuk hati yang terdalam, harapan itu tetap ada, harapan mendapatkan THR idaman. Ooh.

Munculnya Pertanyaan Masa Depan
Ini yang membuat beberapa orang bingung untuk menjawabnya, akan ada banyak pertanyaan semacam kapan kita menikah dan kapan kita lulus bagi yang kuliah, ngeri kan?
Gak perlu takut, saya punya jawaban atas problema itu semua, huahahaha.

“Eh… sudah gede gini, kapan nikahnya?” | “Ayoook, kapan enaknya?” | “Waras le, aku iki Budhemu…” Besoknya kamu pasti akan diruqyah keluargamu.

“Eh… kamu udah semester berapa? Kapan lulusnya?” | “Kapanpun aku siap… asalkan itu denganmu” Lalu, mengheningkan cipta dimulai.

Lebaran Ketupat
Habis bermafaan terbitlah ketupat , yaap, setelah seminggu Lebaran berlalu maka di sini masih ada Lebaran Ketupat, dimana itu adalah masa ketika ketupat berenang dengan gaya bebas di dalam kuah opor sebelum tenggelam pasrah di perut. Muantaab.

Arus Balik Lebaran
Dan pada akhirnya mereka yang kemarin pulang ke tanah kelahiran harus kembali ke tanah perantauan, ini adalah lirik dengan bobot terberat, kita semua harus saling menimbun rindu dalam beberapa bulan kedepan, juga rindu Ramdhan, juga rindu Lebaran, juga rindu kamu, semuanya menjadi satu judul utama. Rindu.

Masih banyak sebetulnya pengalaman dan kemungkinan yang bisa diceritakan, iya kan?
Saya pribadi minta maaf bila ada postingan yang membuat hati sakit, yaah meskipun gak ada yang baca sih hahaha, kalaupun ada, saya berterima kasih sekaligus minta maaf, dimaafin gak? Maafin lah ya.

Saturday 17 January 2015

14

Brama Rusa

Aku lebih memilih untuk menemani Brama berburu rusa hari ini ketimbang ikut berlatih tari dengan gadis-gadis desaku. Bayangkan saja, aku harus berpura-pura tersenyum anggun, aku harus menggerakkan semua anggota badanku dengan lemah gemulai. Dengar, aku tidak seperti itu. Entah apa yang dipikirkan oleh mbok Ratmi yang selalu memaksaku untuk menjadi pilihan utama. Maafkan aku mbok, untuk hari ini aku menentangmu habis-habisan.


“Hei Astuti, apa yang membuatmu hari ini berani meninggalkan latiahan?” Brama menodongku dengan sebuah pertanyaan, persis di tengah hutan.

“Apakah salah jika aku ikut denganmu?”

“Jika ada yang bertanya mohon dijawab, berbalik tanya itu bukanlah jawaban”

“Tidak semua pertanyaan itu memiliki hukum untuk dijawab. Apa kamu tersesat?”

“Kenapa?”

“Kamu tidak malu bertanya”


“Hahaha” Brama melanjutkan perjalanannya.

Aku melihat Brama menggenggam anak panah di tangan kanannya dengan siaga. “Tenang, jangan membuat mereka curiga” Aku patuh.

Brama baru menarik sedikit anak panahnya lalu dia menghentikannya, dia menghentikan niat untuk memanah rusa layaknya mendung yang tersapu angin barat. Angin yang kencang.

“Kenapa tidak kau panah dua rusa itu?”

“Apakah aku perlu menjawabnya?”

“Tentu”. Baiklah, dia membalasku dengan rapi.

“Rusa jantan itu sedang melakukan pendekatan, aku akan sangat berdosa jika menancapkan anak panahku”

“Pendekatan ?” 

“Iya, dia sedang memperjuangkan apa yang dia inginkan”

“Apa yang dia inginkan?”

“Kamu tersesat?” Brama menghentikan pertanyaanku.

Kami melanjutkan perjalanan, kami tidak berjalan berdampingan, Brama berjalan di belakangku agar bisa mengawasiku dengan baik, dia beralasan seperti itu. Aroma dedaunan mengiringi perjalanan kami, begitu kompak dengan harum bunga. Cahaya matahari hanya mampu menembus garis-garis kecil karena terhalang oleh kerindangan. Aku selalu kagum terhadap cahaya matahari ciptaanNya, dia begitu gigih, begitu gigih mencari celah-celah kecil untuk memberi cahaya yang cukup ke kami, walaupun harus melawan ranting dan dedaunan yang siap menghadang.

“Lihat itu, ada rusa” Brama menghentikan perjalanan pelan bersamaku tepat di pinggir sungai.

“Kali ini apakah akan kau panah?”

“Tentu”

Brama mendapatkan rusa itu, anak panah tepat menancap di sisi kanan perutnya, rusa itu sudah tidak berdaya.

“Rusa itu berada di seberang sungai, bagaimana caramu untuk mengambilnya?”

“Dengan menjemputnya”

“Bukankah akan sangat berbahaya jika kita menyebrangi sungai ini?”

“Ada jalan kesana tanpa harus menyebrangi sungai”

“Tapi itu sangat jauh, seperti jarak kita ke desa”

“Jauh atau tidak itu hanya sebuah ukuran, jika itu sebuah tujuan kenapa harus menjadi alasan ?”

“Baiklah, aku ikut denganmu”

Aku tidak begitu paham dengan jalan pikir Brama, tapi perkataan dia tadi membuatku yakin seolah dia adalah penyihir yang membuat aku selalu patuh terhadap jalan pikirnya. Kami berjalan sangat jauh. Satu jam yang kami habiskan untuk menjemput tujuan yang telah disepakati sebelumnya. Rusa. Selama perjalanan aku tidak pernah takut, aku selalu percaya kepadaNya bahwa Dia yang telah mengutus seorang ksatria untuk menjagaku saat ini. Brama.

“Hari ini satu rusa sudah cukup”

“Kita kembali ke desa?”

“Iya, karena sekarang sore akan datang”

“Baiklah” Aku menerima sebuah panah yang Brama berikan di tangan kananku. Dia mengambil dan menaruh seekor rusa tak bernyawa di atas bahu kanannya. Kami menuju rumah. Desa kami.

“Kamu tidak merasa lelah?” Brama bertanya kepadaku di perjalanan ini.

“Tidak”

“Perjalanan ini lumayan jauh, kita juga harus memutari hutan, kenapa kamu tidak lelah?”

“Jauh atau tidak itu hanya sebuah ukuran, jika itu sebuah tujuan kenapa harus menjadi alasan?” Aku mengulang jawaban Brama. Sama persis.

Brama merespon biasa jawabanku tadi. Sore telah datang. Sebenarnya aku merasa lelah, tapi aku tidak mau beralasan. Kami telah sampai di desa.

Aku mengenang apa yang telah aku lakukan siang tadi di malam ini. Aku sangat bahagia bisa menemani Brama berburu rusa. Mungkin aku hanyalah beban, tapi itu tidak aku pedulikan. Aku merasa kasihan terhadap Brama, malam ini ayahnya marah besar. Brama ketahuan tidak membayar SPP kuliahnya.