Aku lebih memilih untuk
menemani Brama berburu rusa hari ini ketimbang ikut berlatih tari dengan
gadis-gadis desaku. Bayangkan saja, aku harus berpura-pura tersenyum anggun,
aku harus menggerakkan semua anggota badanku dengan lemah gemulai. Dengar, aku
tidak seperti itu. Entah apa yang dipikirkan oleh mbok Ratmi yang selalu
memaksaku untuk menjadi pilihan utama. Maafkan aku mbok, untuk hari ini aku menentangmu
habis-habisan.
“Hei Astuti, apa yang
membuatmu hari ini berani meninggalkan latiahan?” Brama menodongku dengan
sebuah pertanyaan, persis di tengah hutan.
“Apakah salah jika aku
ikut denganmu?”
“Jika ada yang bertanya
mohon dijawab, berbalik tanya itu bukanlah jawaban”
“Tidak semua pertanyaan
itu memiliki hukum untuk dijawab. Apa kamu tersesat?”
“Kenapa?”
“Kamu tidak malu
bertanya”
“Hahaha” Brama
melanjutkan perjalanannya.
Aku melihat Brama
menggenggam anak panah di tangan kanannya dengan siaga. “Tenang, jangan membuat
mereka curiga” Aku patuh.
Brama baru menarik
sedikit anak panahnya lalu dia menghentikannya, dia menghentikan niat untuk
memanah rusa layaknya mendung yang tersapu angin barat. Angin yang kencang.
“Kenapa tidak kau panah
dua rusa itu?”
“Apakah aku perlu
menjawabnya?”
“Tentu”. Baiklah, dia
membalasku dengan rapi.
“Rusa jantan itu sedang
melakukan pendekatan, aku akan sangat berdosa jika menancapkan anak panahku”
“Pendekatan ?”
“Iya, dia sedang
memperjuangkan apa yang dia inginkan”
“Apa yang dia inginkan?”
“Kamu tersesat?” Brama
menghentikan pertanyaanku.
Kami melanjutkan
perjalanan, kami tidak berjalan berdampingan, Brama berjalan di belakangku agar
bisa mengawasiku dengan baik, dia beralasan seperti itu. Aroma dedaunan
mengiringi perjalanan kami, begitu kompak dengan harum bunga. Cahaya matahari
hanya mampu menembus garis-garis kecil karena terhalang oleh kerindangan. Aku
selalu kagum terhadap cahaya matahari ciptaanNya, dia begitu gigih, begitu
gigih mencari celah-celah kecil untuk memberi cahaya yang cukup ke kami,
walaupun harus melawan ranting dan dedaunan yang siap menghadang.
“Lihat itu, ada rusa”
Brama menghentikan perjalanan pelan bersamaku tepat di pinggir sungai.
“Kali ini apakah akan
kau panah?”
“Tentu”
Brama mendapatkan rusa
itu, anak panah tepat menancap di sisi kanan perutnya, rusa itu sudah tidak
berdaya.
“Rusa itu berada di
seberang sungai, bagaimana caramu untuk mengambilnya?”
“Dengan menjemputnya”
“Bukankah akan sangat berbahaya jika kita menyebrangi sungai ini?”
“Ada jalan kesana tanpa
harus menyebrangi sungai”
“Tapi itu sangat jauh,
seperti jarak kita ke desa”
“Jauh atau tidak itu
hanya sebuah ukuran, jika itu sebuah tujuan kenapa harus menjadi alasan ?”
“Baiklah, aku ikut
denganmu”
Aku tidak begitu paham
dengan jalan pikir Brama, tapi perkataan dia tadi membuatku yakin seolah dia
adalah penyihir yang membuat aku selalu patuh terhadap jalan pikirnya. Kami
berjalan sangat jauh. Satu jam yang kami habiskan untuk menjemput tujuan yang
telah disepakati sebelumnya. Rusa. Selama perjalanan aku tidak pernah takut,
aku selalu percaya kepadaNya bahwa Dia yang telah mengutus seorang ksatria
untuk menjagaku saat ini. Brama.
“Hari ini satu rusa sudah cukup”
“Kita kembali ke desa?”
“Iya, karena sekarang
sore akan datang”
“Baiklah” Aku menerima sebuah panah yang Brama berikan di tangan kananku. Dia mengambil dan menaruh seekor rusa tak
bernyawa di atas bahu kanannya. Kami menuju rumah. Desa kami.
“Kamu tidak merasa
lelah?” Brama bertanya kepadaku di perjalanan ini.
“Tidak”
“Perjalanan ini lumayan
jauh, kita juga harus memutari hutan, kenapa kamu tidak lelah?”
“Jauh atau tidak itu
hanya sebuah ukuran, jika itu sebuah tujuan kenapa harus menjadi alasan?” Aku
mengulang jawaban Brama. Sama persis.
Brama merespon biasa
jawabanku tadi. Sore telah datang. Sebenarnya aku merasa lelah, tapi aku tidak
mau beralasan. Kami telah sampai di desa.
Aku mengenang apa yang
telah aku lakukan siang tadi di malam ini. Aku sangat bahagia bisa menemani
Brama berburu rusa. Mungkin aku hanyalah beban, tapi itu tidak aku pedulikan.
Aku merasa kasihan terhadap Brama, malam ini ayahnya marah besar. Brama
ketahuan tidak membayar SPP kuliahnya.